Zakat Hasil Bumi



Zakat hasil pertanian dan buah-buahan secara umum adalah wajib. Kewajiban telah ditetapkan berdasarkan al-Qur`an, as-Sunnah dan ijma’, walaupun ulama berselisih tentang perinciannya. Landasan hukum al-Qur’an tentang zakat hasil bumi terdapat dalam surat al-An’am ayat 141.
Berdasarkan ayat ini, Imam Abu Hanifah berdalil bahwa wajib mengeluarkan zakat sepersepuluh atau setengah dari sepersepuluh untuk semua hasil bumi, sedikit maupun banyak. Sepersepuluh zakat atau setengahnya didasarkan pada cara pengairan tanaman.
Para ulama sepakat atas wajibnya mengeluarkan zakat pada jenis-jenis yang mana Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salam mengambil zakat darinya, yaitu gandum kasar, gandum halus, kurma dan kismis.
Para ulama berselisih tentang selain jenis yang disebutkan dalam nash, di antara pendapat mereka adalah :
1.      Tidak ada kewajiban zakat kecuali pada empat jenis di atas, tidak ada kewajiban zakat untuk jenis lainnya. Akan tetapi Ibnu Hazm berpendapat hadits tentang kismis tidak shahih, maka tidak wajib zakat kismis.
2.      Wajib mengeluarkan zakat untuk setiap yang dijadikan makanan pokok dan disimpan. Ini adalah madzhab Malik dan asy-Syafi’i.
3.      Wajib mengeluarkan zakat dari setiap yang kering, tahan lama dan ditakar. Ini adalah riwayat yang paling masyhur dari Ahmad.
4.      Wajib dikeluarkan zakat dari semua hasil bumi yang ditanam oleh manusia. Inimerupakan pendapat madzhab Abu Hanifah dan ini pula pendapat yang dipilih oleh Syaikh al-Qardhawi.
Nishab Zakat Hasil Bumi
-          Nishab dinilai setelah hasil tanaman kering, yaitu ditimbang setelah kurma basah menjadi kurma kering, setelah anggur menjadi kismis dan sebagainya.
-          Untuk biji gandum dan gandum, penilaian nishabnya setelah dipanen.
-          Untuk beras, pemiliknya tidak diharuskan menghilangkan gabahnya karena hal itu bisa jadi memberatkan.
Dalam hal kondisi ini, sebagian fuqaha membandingkan kelemahan nishab dari hasil tanaman yang telah dipisahkan dari kulitnya.
Tidak disyariatkan haul pada zakat hasil bumi, sehingga apabila telah mencapai nishab maka harus dikeluarkan. Adapun syarat zakat hasil bumi menurut jumhur adalah lima wasaq dari biji-bijian yang telah bersih dari tanah.
Abu Malik bin Sayyid Salim menyebutkan ukuran ini (5 wasaq) setara dengan : 50 takaran Mesir dan setara dengan 41/6 ardab dan setara dengan 10 bejana yang besarnya sekitar 647 kg. biji gandum.
Dan para ulama sepakat bahwa satu wasaq itu sebanyak 60 sha’, bila dikonversi satu sha’ sama dengan 2,176 kilogram.
5 wasaq = 60 sha’ x 5 = 300 sha’
300 sha’= 2,176 kg x 300 = 652,8 kilogram
Jadi, nishab zakat tanaman adalah 652,8 kg atau bila dibulatkan menjadi 653 kg.
Ukuran Wajib Zakat
-          Bila memanfaatkan air hujan, sungai atau tanpa menggunakan alat dan hasil tanamannya telan mencapai nishab yang telah ditentukan oleh syariat zakatnya sebesar sepersepuluh (1/10).
-          Bila pengairan menggunakan alat dengan berbagai macamnya, zakatnya separuh dari sepersepuluh.
 Keterangan lain :

1 wasaq = 60 sha', sehingga 5 wasaq = 300 sha'
1 sha' = 2,304 kg, sehingga 300 sha' = 691,2 kg = 6 kwintal 91 kg 200 gram

Zakat yang harus dikeluarkan :

  • Jika penyiraman menggunakan air hujan, mata air atau tumbuh di rawa-rawa sebesar 10%.
  • Jika penyiraman menggunakan tenaga pengakutan sebesar 5%.

Referensi :
Ibnu Sayyid Salim, Abu Malik Kamal. Shahih Fiqh Sunnah.Mesir : Maktabah At-Taufikiyyah. Jilid 2.
            Uqaily, Ali Mahmud. Praktis & Mudah Menghitung Zakat. Solo : Aqwam.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »