Definisi
Qashar secara bahasa adalah
memenjarakan atau menghalangi. Sedangkan menurut istilah adalah menjadikan
shalat yang empat rakaat menjadi dua rakaat dalam safar, baik dalam keadaan
takut ataupun aman.
Hukum Mengqashar Shalat Dalam Safar
Terjadi perbedaan pendapat di dalam hukum mengqashar
shalat empat rakaat dalam safar :
Pertama : Mengqashar shalat merupakan
rukhsah (boleh), pendapat ini merupakan pendapat jumhur diantaranya madzhab
Maliki, Asy-Syafi’i dan Hanabilah. Kemudian mereka berbeda pendapat manakah yang
lebih utama antara mengqashar shalat atau menyempurnakannya?
Kedua : Mengqashar shalat itu wajib
dan tidak boleh melengkapi, menurut madzhab Hanafi, pendapat Malikiyah dan
madzhab Azh-Zhohiriyah. Kemudian mereka berbeda pendapat apakah melengkapi
jumlah rakaat shalat dalam safar membatalkan shalat atau tidak?
Pendapat yang paling kuat (menurut
penulis kitab)[1] adalah
pendapat yang mengatakan wajibnya mengqashar shalat karena Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa Salam selalu melakukan qashar dalam safar. Dengan pengecualian
shalat di belakang muqim, walaupun salah satu pendapat mengatakan sunnah
mu’akkadah tidak seyogyanya untuk meninggalkannya dan menyempurnakannya adalah
makruh.
Batasan Safar (Jarak dalam
mengqashar)
Ada tiga pendapat dalam hal ini :
1.
Jarak perjalanan diperbolehkannya
mengqashar 48 mil setara dengan 85 Km.
2.
Jarak perjalanan diperbolehkannya
mengqashar tiga hari tiga malam dengan menggunakan unta.
3.
Tidak ada batasan jarak tertentu
dalam mengqashar, akan tetapi mengqashar dalam setiap keadaan jauh dalam
bersafar.
Pendapat paling kuat (menurut penulis kitab) adalah
pendapat ketiga, bahwa mengqashar dalam keadaan jauh yang dinamakan dengan safar.
Syarat Mengqashar Shalat[2]
Diperbolehkannya mengqashar shalat dengan lima syarat
:
1.
Hendaknya dalam bersafar bukan untuk
bermaksiat.
2.
Hendaknya jaraknya mencapai 16
farsakh.
ð 1 farsakh
= 3 mil
ð 16
farsakh = 48 mil
ð 1 mil = 4000 langkah
ð 1 langkah = 3 kaki
3.
Hendaknya dalam shalat yang berjumlah
empat rakaat.
4.
Hendaknya meniatkan diri untuk qashar
ketika takbiratul ihram.
5.
Tidak bermaksud untuk bermukim.
Dan diperbolehkan bagi musafir untuk menjamak antara
Dzhuhur dan Ashar pada salah waktu diantara keduanya begitu pula pada antara
Maghrib dan Isya.
Adapun syarat menjamak diawal (jamak taqdim), ada 3
hal :
1.
Dimulai dari Dzhuhur sebelum Ashar
begitu pula Maghrib sebelum Isya.
2.
Niat menjamak pada shalat yang
pertama.
3.
Berurutan antara yang pertama dan
kedua.
Dan apabila jamak diakhir (jamak takhir) maka wajib
menjadikan niat untuk menjamak. Dan sebagaimana menjamak diawal niat pada jamak
diakhir pada shalat pertama. Waallahu a’lam.
Referensi :
Ibn Sayyid Salim, Abu Malik. Shahih
Fiqhu Sunnah, Maktabah at-Taufiqiyat. Jilid 1, Hal.472-481.
Ibn Qasim al-Ghazi, Muhammad. Fathu
Qarib al-Mujib, Darr al-Kitab al-Islamiyah.
[1] Kitab Shahih Fiqih Sunnah : Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim
[2] Syaikh Muhammad bin Qasim Al-Ghazi, Fathul Qariib al-Mujiib,
Hal.41-42
EmoticonEmoticon