MENTADABBURI AL-QUR’AN
Kehidupan manusia di dunia ini sungguh tidak bisa lepas dari ilmu,
ilmu berguna untuk mempelajari hukum tentang sesuatu. Karena itu akan berakibat
baik ataupun buruk bagi mukallaf yang melakukan atau meninggalkannya. Dari
sinilah kewajiban seorang muslim untuk mempelajari al-Qur’an, mendalami dan
mengamalkan kehidupan sehari-hari.
Al-Qur’an adalah solusi, sebuah slogan indah yang digaungkan oleh
salah satu lembaga penghafal al-Qur’an. Sebuah slogan yang kelihatannya singkat
dan sederhana, tetapi mengandung makna yang agung. Apalagi di tengah krisis
yang dihadapi ummat ini secara umum dan negeri kita secara khusus, dimana
musuh-musuh Islam baik dari luar maupun dari dalam membidik kita dari arah yang
sama. Slogan ini menggambarkan dan mempresentasikan satu-satunya jalan
keselamatan yang hakiki dari berbagai fitnah dan bencana.
Tadabbur dalam arti yang sesungguhnya sebagaimana dijelaskan oleh
al-Allamah Abdurrahaman as-Sa’diy rahimahullah, ”Merenungkan maknanya
(ta’ammul), merealisasikan fikrah yang terdapat di dalamnya dan segala
konsekwensinya.
Pentingnya
tadabbur dari sisi (argumen) syari’at :
Allah
Ta’ala mengajak hamba-Nya untuk merenungkan (tadabbur) ayat-ayat yang Dia
turunkan dalam kitab-Nya dengan beberapa cara dan metode. Diantaranya :
1.
Tadabbur
merupakan maksud dan tujuan diturunkannya al-Qur’an sebagaimana yang telah
ditegaskan dalam surat Shad ayat 29.
2.
Mengingkari
sikap orang-orang yang meninggalkan tadabbur, sebagaimana dalam surat
al-Mu’minun ayat 68.
3.
Allah
mewajibkan tadabbur sebagaimana dalam surat an-Nisa ayat 82 dan surat
Muhammad ayat 24.
Orang yang membaca al-Qur’an tanpa tadabbur, tidak tersentuh
dan tidak mengamalkannya dikhawatirkan akan mengalami musibah seperti yang
menimpa umat terdahulu.
Orang yang mentadabburi al-Qur’an dengan sungguh-sungguh, akan
memperoleh manfaat dan kebaikan (maslahat) dunia dan akhirat, yang hanya Allah
saja yang mengetahui besarnya. Betapa agungnya ungkapan yang disebutkan oleh
al-‘Allamah as-Sa’diy,”Diantara manfaat tadabbur al-Qur’an adalah dengan
tadabbur tersebut seseorang akan sampai pada derajat (semakin) yakin dan
memahamai bahwa al-Qur’an benar-benar firman Allah.
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan sebuah ungkapan, yang
patut dicata dengan tinta emas, ”Tidak ada sesuatu yang paling bermanfaat
dalam kehidupan dunia dan akhirat serta mendekatkan seseorang pada
keselamatannya, selain tadabbur al-Qur’an, merenungkannya secara seksama dan
memikirkan makna ayat-ayatnya.” (Madarijus Salikin, 1/451).
Tiga
Kewajiban Seorang Muslim Terhadap al-Qur’an :
Pertama
; Mewujudkan keikhlasan dan menghadirkan niat ketika berinteraksi dengan
al-Qur’an.
Kedua
; Mengagungkan al-Qur’an.
Ketiga
; Tadabbur dan tafakkur makna-makna al-Qur’an.
Al-Qur’an
dan Kehidupan
-
Al-Qur’an
adalah sumber kehidupan sebagaimana tercantum dalam surat al-An’am ayat 122.
-
Tidak
ada kehidupan tanpa al-Qur’an. Sebab Allah telah menyebutnya sebagai ruh.
Mungkinkah ada kehidupan tanpa ruh? Lihat surat asy-Syuura ayat 52.
-
Al-Qur’an
juga menyifati orang-orang hidup tanpa petunjuk al-Qur’an sebagai mayat,
padahal mereka makan, minum, (beraktifitas) pagi dan petang. Sebagaimana firman
Allah dalam surat an-Naml ayat 80-81.
-
Allah
juga menyifati orang-orang yang berpaling dari al-Qur’an sebagai orang buta.
Allah Ta’ala berfirman dalam surat Thaha ayat 124-126.
Para
ulama Salaf dan Kehidupan Qur’ani
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata : “Jika anda
mendengar firman Allah,’Yaa ayyuhalladziina aamanuu’, konsentrasikanlah
pendengaranmu! Karena setelahnya akan ada kebaikan yang diperintahkan atau
keburukan yang dilarang”.
Ketika turun ayat (perintah) berhijab, maka para wanita di kalangan
sahabat (sahabiyat) bersegera mengamalkan perintah tersebut. Ketika turun surat
al-Ma’idah ayat 90-91, Umar bin Khattab mengatakan, “intahainaa, intahainaa,
(kami berhenti, kami berhenti).” Ketika turun ayat ini Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam mengatakan :
“Sesungguhnya
Allah telah mengharamkan khamr. Dan
barangsiapa yang ketika turun ayat ini masih memiliki khamr janganlah ia
meminum dan menjualnya sedikitpun.”
Kemudian
kaum muslimin (para sahabat) melewati hari-hari yang berbau khamr
dikarenakan sungguh banyak khamr yang ditumpahkan di jalan-jalan
(setelah pengharamannya).
Sumber
: Diringkas dari Tadabbur Al-Qur’an karya Prof.Dr.Nashir bin Sulaiman al-‘Umar.